Yayasan Alfred Sundah Perkenalkan Kolintang Berbahan Kayu Wanderan

0
1491

Minut-

Lewat suatu perjuangan yang panjang akhirnya Musik Kolintang  telah terdaftar di UNESCO PBB sebagai Heritage milik Minahasa-Indonesia untuk itu  aset budaya ini harus dilestarikan. Menurut Ludi Wulur, Pelatih kenamaan Kolintang asal Lembean,  kayu Wanderan memiliki kualitas serta keunikan tersendiri, hal ini dibahas Dalam sebuah Seminar di Hotel Peninsula Manado bertajuk “Keunikan Kolintang Berbahan Kayu Wanderan belum lama ini.

Seminar tersebut turut menghadirkan para nara sumber yang ahli di bidangnya, seperti Maria Henny Pratikno, Marthen Theogivest Lasut, Happy Joy Korah, Tjut Nyak Deviana, serta seniman musisi James F Sundah dan semakin menarik karena dipandu oleh Yerry Tawaluyan, Soraya Togas dan Magdalena Daluas.

 

“Nilai luhur musik Kolintang perlu diangkat untuk memperkuat karakter bangsa sebagai upaya pelestarian. Harus ditanamkan dalam diri kita bahwa kita orang Minahasa dan Kolintang ada di dalamnya, Oleh karena itu agar  segera musik Kolintang dimasukan sebagai agenda wisata berupa pertunjukan teaterikal yang dikemas dengan menarik serta dimasukan dalam program disekolah-sekolah.

Lewa suatu penelitian di laboratorium, ternyata keunikan Kayu Wanderan memiliki Timbre asli dan tidak pecah, sangat halus dan enak didengar. Sedangkan kayu non Wanderan timbrenya pecah. Semua itu disebabkan serat kayu Wanderan beraturan. Sedangkan non Wanderan tidak beraturan. “Yang pasti kayu Wanderan bisa dimainkan dengan segala jenis musik. Ini adalah karunia Tuhan bagi Minahasa yang kini jadi Heritage,” Ungkap James F.Sundah.

Menurut Yerry Tawaluyan : “Sulut sangat beruntung memiliki keluarga Alfred Sundah, karena melalui tangannya Kolintang menjadi terkenal seperti sekarang ini.” Dulu, musik Kolintang hanya di mainkan di desa-desa dan tahun 1968 dipersembahkan di Istana Bogor oleh bapak Alfred Sundah dan menjadi terkenal sampai di Belanda. “Ada ratusan lagu yang berhasil dicipta oleh Alfred Sundah. Bahkan di usia senja dan sakit, masih menulis buku bahasa Tonsea. Dan ini menjadi catatan sebagai kontribusi positif Alfred Sundah bagi perkembangan pariwisata Sulut.

LEAVE A REPLY