“Kolintang” My Everyday Hero

0
2168

.facebook_1529916346157

cahayasulut- Airmadidi

Pelatihan musik Kolintang yang belakangan ini tengah digiatkan di “Sanggar Winetin” yang terletak di Desa Paslaten Kabupaten Minahasa Utara merupakan sanggar baru binaan grup Kolintang Temboan Jakarta, menambah semaraknya pelatihan-pelatihan yang juga sedang berlangsung di wilayah Minawerot Minahasa Utara. Bila menyebut alat yang satu ini, maka marilah kita mengunjungi tanah Minahasa. di Tonsea Minahasa Utara banyak terbentuk grup-grup baru yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan musik tradisional Kolintang.

Bila kita menelusuri sejarah perkembangan Kolintang yang terjadi di Minawerot (desa-desa yang berderetan sepanjang kecamatan Kauditan) maka kita teringat pada pengembangan musik perkusi khas, Kolintang Kayu melulu yang diprakarsai oleh beberapa orang termasuk bapak Alfred Sundah yang menginisiasi untuk memesan Kolintang kayu melulu yang menyerupai piano di rumahnya. Sebelumnya Nelwan Katuuk memperkenalkan Kolintang orkes yang merupakan perpaduan dari alat-alat musik perkusi lain seperti, Bas tarik (string bas), gitar, ukulele, dan melodi Kolintang kayu. Itulah sekilas tentang cikal bakal lahirnya ensembel musik Kolintang yaitu Kolintang yang sudah lengkap dengan nada-nada kromatisnya.

Dari masa ke masa kemudian lahirlah pemain-pemain Kolintang berbakat khususnya di daerah Tonsea hingga saat ini generasi-generasi muda dengan tekun berlatih Kolintang dan berbangga dengan musik peninggalan nenek moyang Minahasa ini. Anak didik di sanggar Winetin Paslaten telah menganggap bahwa Kolintang adalah pahlawan mereka setiap hari, seperti penuturan Janice Pangau salah seorang pemain melodi di sanggar Winetin mempertegas bahwa Kolintang adalah inspirasi baru baginya dalam mengeksplorasi berbagai jenis musik moderen maupun tradisional. Tidak hanya itu saja, bermusik Kolintang telah mengubah paradigma mereka berpikir tentang musik tradisional yang konon dianggap kurang menarik karena dianggap ketinggalan jaman.

pada kenyataannya hal yang berbeda telah terjadi, transformasi Kolintang menjadi musik yang dapat dimainkan secara moderen dan juga dapat di nikmati oleh anak muda jaman now. Icha Ombuh membenarkan hal ini karena pada dasarnya mereka telah mencoba bermain musik genre kekinian pada alat musik tradisional dan terdengar sangat menarik. karena daya tarik Kolintang yang sangat kuat sehingga mampu untuk menghadirkan beberapa orang murid seusia mereka (usia 15-17 tahun) yang berasal dari negeri paman Sam. Memang “sungguh luar biasa keindahan alunan musik Kolintang apabila kita mau belajar memainkannya dengan baik” kata teman-teman mereka: Tyo, Fyan, Kezia, Angel, Samuel, Sami, Cecilia dan Flavia. Besar harapan kami Kolintang dapat senantiasa lestari tidak hanya di daerah asalnya Minahasa, di seluruh persada nusantara maupun di manca negara, Sambut Ibu Jeane Pusung, SPd. sebagai Ketua sanggar Winetin desa Paslaten. “Maju terus Kolintang”

LEAVE A REPLY